TANAH PAPUA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA

 "TANAH PAPUA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA HARI INI"

             Masa aksi penolakan DOB di Yahukimo

     Hari ke hari situasi di Papua semakin memanas ini terhitung dari tahun 1961- hari ini, bahkan mungkin akan terus berlanjut. Ada berbagai konflik kompleks yang terjadi di tanah Papua mulai dari kemiskinan kesenjangan pendidikan, kesenjangan kesehatan, keterbelakangan, marjinalisasi penduduk asli,pelanggaran HAM berat oleh aparat TNI dan POLRI,pelanggaran HAM ringan dan masih banyak lagi problem di tanah Papua mulai dari kepala burung sampai ekor burung. 

      Dan yang terbaru isu yang yang mengundang banyak pro kontra dan memakan korban jiwa di tanah Papua yaitu terkait pemekaran 6 provinsi baru di Papua (DOB) yang mana di upayakan oleh pemerintah pusat melalui kementerian dalam negeri,dan beberapa pejabat lokal di tanah Papua.

       Isu ini mengundang reaksi yang beragam dari rakyat tanah Papua dari kepala burung sampai ekor burung, ada yang mendukung(pendatang) ada juga yang tidak mendukung atau menolak(OAP), masing-masing dari sikap ini punya alasan yang berbeda dan di jadikan landasan di mana tujuan nya untuk masa depan tanah Papua yang lebih baik.

      Namun jika di lihat dari mekanisme yang seharusnya dalam proses dan syarat-syarat pemekaran sebuah  provinsi baru.sejauh ini Papua belum siap untuk di mekarkan menjadi beberapa provinsi ini di karenakan syarat utama dan yang paling mendasar yaitu SDM OAP sendiri masih kurang dan juga POPULASI ORANG ASLI PAPUA sedikit.

      Perkembangan sejauh ini sebagian besar rakyat Papua menolak dengan tegas upaya/wacana pemekaran ke-6 provinsi baru,ini dilakukan dengan aksi turun jalan/demo di kantor DPRD,dan Bupati di beberapa kabupaten dan kota yang sudah di lakukan dengan membawa poster dan juga orasi serta pernyataan sikap dengan tegas menolak DOB.walapun dalam prosesnya terjadi represif di beberapa kabupaten/kota oleh aparat keamanan POLRI dan TNI yang membubarkan secara paksa bahkan menembak masa aksi, yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa, walaupun demikian tidak mematahkan semangat rakyat untuk menolak DOB, di beberapa daerah mulai memobilisasi masa untuk turun aksi menyampaikan aspirasi mereka terkait penolakan DOB,ini semua dilakukan oleh rakyat yang sadar dan paham akan dampaknya terhadap kelangsungan hidup dan juga masa depan tanah Papua ke depan.

      Lantas wacana pemekaran 6 provinsi baru (DOB) ini untuk siapa? dan mengapa mereka sangat gencar sekali melakukan pembahasannya? Tanpa melibatkan MRP dan DPRD Padahal sudah jelas-jelas rakyat MENOLAK itu. para elit lokal yang menjadi dalang di balik ini adalah mereka yang masa jabatannya sudah mulai habis dan juga yang kalah dalam pemilu kemarin, mereka haus kekuasaan sampai mengesampingkan prosedur yang seharusnya, aspirasi ini datang dari rakyat yang menginginkannya

    Realita yang terjadi di tanah Papua dimana orang aslinya semakin terpinggirkan bahkan termarjinalisasi dari berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial, politik dan strata birokrasi yang di pengaruhi oleh arus imigrasi yang kencang sejak 1961 sampai sekarang.

    Kita bisa melihat bahkan merasakan dampak dari imigrasi ini dimana saat pemilu wakil rakyat yang orang asli dengan pendatang yang mencalonkan diri, lebih banyak pendatang yang duduk di kursi parlemen di banding dengan orang asli ini bukan karena mereka main politik money tapi karena jumlah suara mereka para pendatang lebih banyak dari orang asli Papua itu sendiri, bahkan bukan hanya ditingkat DPR tapi di tingkat kepala daerah/bupati. Bukan hanya itu kita bisa melihat di bagian ekonomi juga dimana mama-mama kita yang terpaksa harus berjualan di pinggir jalan karena pasar sudah di kuasai oleh pendatang. 

   "Dulu pendatang, datang untuk membangun Papua namun sekarang pendatang datang untuk cari makan/hidup" Kita harus jelih melihat kedua hal ini karena ini sangat penting untuk kita pahami 

    Jika DOB ini terealisasikan maka cepat atau lambat orang asli Papua akan menjadi sebuah story di atas tanah nya sendiri.



Create by: TERORIS




Komentar